Semua orang ingin sukses dan berhasil
Untuk sukses dan berhasil kita harus menguasai aspek teknis pekerjaan
Untuk menguasai aspek teknis pekerjaan, maka kita harus
BELAJAR dan.......belajar
untuk sukses belajar, kita harus tekun, sabar dan konsisten
hingga mendapatkan apa yang ingin dimiliki
Untuk dapat tekun, sabar dan konsisten,
maka kita harus YAKIN dengan yg kita lakukan
Searching
April 14, 2009
April 11, 2009
NLM Classification (Mengenal Sistem Klasifikasi II)
Selain sistem klassifikasi DDC, ada lagi sistem klasifikasi NLMC (National Library of Medicine Classification). Sistem klasifikasi ini cocok digunakan untuk perpustakaan khusus kedokteran, keperawatan dan kesehatan seperti Perpustakaan Rumah Sakit, klinik, Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan kesehatan.
Kebetulan di Perpustakaan tempat saya kerja menggunakan NLMC ini …karena memang koleksi perpustakaan kami mayoritas bidang kedokteran dan keperawatan.
Sejarah Singkat NLMC
Sistem klasifikasi ini berawal dengan adanya laporan penelitian di Army Medical Library di Amerika Serikat tahun 1944. Penelitian ini merekomendasikan agar perpustakaan (AML) harus diklasifikasi ulang menurut pola modern, atau dengan kata lain memakai sistem klasifikasi yang baru.
Akhirnya disusunlah suatu sistem klasifikasi baru yang disebut NLMC (National Library of Medicine Classification) yang menggabungkan notasi (huruf dan angka) yang menyerupai notasi yang terdapat dalam LCC (Library of Congres Classification).
Penyusunan NLMC melibatkan tim yang terdiri dari staf pengolahan di perpustakaan (klasifikasi dan katalogisasi) juga melibatkan dokter spesialis sebagai konsultan. Akhirnya NLMC edisi pertama berhasil diterbitkan pada tahun 1948 dan tahun 1951 terbit edisi revisi.
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, NLMC terus dilakukan penyesuaian pada tahun 1958 terbit edisi ke-2. Edisi ke-3 terbit tahun 1964 dan 1969 (disertai suplemen). Edisi ke-4 terbit pada tahun 1974 dan direvisi tahun 1981. Edisi ke-5 terbit tahun 1999.
Mulai edisi tahun 2002 NLMC diterbitkan dalam bentuk elektronik yang dapat diakses secara on-line melali internet dan direvisi setiap tahun sekali.
Pada edisi 2006, NLMC terbit dalam bentuk PDF (Portable Document Format) yang dapat diakses di http://www.nlm.nih.gov/class/terms_cond.html. Dalam Edisi Online ini juga dilengkapi dengan MeSH (Medical Subject Heading) untuk memudahkan dalam melakukan klasifikasi.
Struktur & Notasi NLMC
Klasifikasi National Library of Medicine meliputi bidang kedokteran dan ilmu yang terkait, menggunakan notasi QS-QZ dan W-WZ.
Berbeda dengan DDC yang hanya mengunakan angka, NLMC menggunakan kombinasi huruf dengan angka. Huruf yang dipakai biasanya hanya 2 huuruf yang merupakan kode suatu subjek utama yakni:
QS Human Anatomy QW Microbiology and Immunology
QT Physiology QX Parasitology
QU Biochemistry QY Clinical Pathology
QV Pharmacology QZ Pathology
W Medical Profession WK Endocrine System
WA Public Health WL Nervous System
WB Practice of Medicine WM Psychiatry
WC Infectious Diseases WN Radiology
WD 100 Deficiency Diseases WO Surgery
WD 200 Metabolic Diseases WP Gynecology
WD 300 Diseases of Allergy WQ Obstetrics
WD 400 Animal Poisioning WR Dermatology
WD 500 Plant Poisioning WS Pediatrics
WD 600 Diseases by Physical Agents WT Geriatrics. Chronic Disease
WD 700 Aviation and Space Medicine WU Dentristry. Oral Surgery
WE Musculoskeletal Syatem WV Otorhinolaryngology
WF Respiratory Syatem WW Opthalmology
WG Cardiovascular System WX Hospitals
WH Hemic and Lymphatic System WY Nursing
WI Gastrointestinal System WZ History of Medicine
WJ Urogenital System
Subjek utama tadi dibagi lagi secra lebih rinci, misal:
QS Human anatomy
QS 1 – 132 Anatomy
QS 504 – 539 Histology
QS 604-681 Embriology dst…
NLMC juga dilengkapi dengan Tabel khusus untuk wilayah yang disebut Table G
dan indeks dari bagan yang ada untuk memudahkan dalam penggunaan.
Demikian sekilas tentang sistem klasifikasi NLMC semoga bermanfaat.
Djokjakarta 2009
Kebetulan di Perpustakaan tempat saya kerja menggunakan NLMC ini …karena memang koleksi perpustakaan kami mayoritas bidang kedokteran dan keperawatan.
Sejarah Singkat NLMC
Sistem klasifikasi ini berawal dengan adanya laporan penelitian di Army Medical Library di Amerika Serikat tahun 1944. Penelitian ini merekomendasikan agar perpustakaan (AML) harus diklasifikasi ulang menurut pola modern, atau dengan kata lain memakai sistem klasifikasi yang baru.
Akhirnya disusunlah suatu sistem klasifikasi baru yang disebut NLMC (National Library of Medicine Classification) yang menggabungkan notasi (huruf dan angka) yang menyerupai notasi yang terdapat dalam LCC (Library of Congres Classification).
Penyusunan NLMC melibatkan tim yang terdiri dari staf pengolahan di perpustakaan (klasifikasi dan katalogisasi) juga melibatkan dokter spesialis sebagai konsultan. Akhirnya NLMC edisi pertama berhasil diterbitkan pada tahun 1948 dan tahun 1951 terbit edisi revisi.
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, NLMC terus dilakukan penyesuaian pada tahun 1958 terbit edisi ke-2. Edisi ke-3 terbit tahun 1964 dan 1969 (disertai suplemen). Edisi ke-4 terbit pada tahun 1974 dan direvisi tahun 1981. Edisi ke-5 terbit tahun 1999.
Mulai edisi tahun 2002 NLMC diterbitkan dalam bentuk elektronik yang dapat diakses secara on-line melali internet dan direvisi setiap tahun sekali.
Pada edisi 2006, NLMC terbit dalam bentuk PDF (Portable Document Format) yang dapat diakses di http://www.nlm.nih.gov/class/terms_cond.html. Dalam Edisi Online ini juga dilengkapi dengan MeSH (Medical Subject Heading) untuk memudahkan dalam melakukan klasifikasi.
Struktur & Notasi NLMC
Klasifikasi National Library of Medicine meliputi bidang kedokteran dan ilmu yang terkait, menggunakan notasi QS-QZ dan W-WZ.
Berbeda dengan DDC yang hanya mengunakan angka, NLMC menggunakan kombinasi huruf dengan angka. Huruf yang dipakai biasanya hanya 2 huuruf yang merupakan kode suatu subjek utama yakni:
QS Human Anatomy QW Microbiology and Immunology
QT Physiology QX Parasitology
QU Biochemistry QY Clinical Pathology
QV Pharmacology QZ Pathology
W Medical Profession WK Endocrine System
WA Public Health WL Nervous System
WB Practice of Medicine WM Psychiatry
WC Infectious Diseases WN Radiology
WD 100 Deficiency Diseases WO Surgery
WD 200 Metabolic Diseases WP Gynecology
WD 300 Diseases of Allergy WQ Obstetrics
WD 400 Animal Poisioning WR Dermatology
WD 500 Plant Poisioning WS Pediatrics
WD 600 Diseases by Physical Agents WT Geriatrics. Chronic Disease
WD 700 Aviation and Space Medicine WU Dentristry. Oral Surgery
WE Musculoskeletal Syatem WV Otorhinolaryngology
WF Respiratory Syatem WW Opthalmology
WG Cardiovascular System WX Hospitals
WH Hemic and Lymphatic System WY Nursing
WI Gastrointestinal System WZ History of Medicine
WJ Urogenital System
Subjek utama tadi dibagi lagi secra lebih rinci, misal:
QS Human anatomy
QS 1 – 132 Anatomy
QS 504 – 539 Histology
QS 604-681 Embriology dst…
NLMC juga dilengkapi dengan Tabel khusus untuk wilayah yang disebut Table G
dan indeks dari bagan yang ada untuk memudahkan dalam penggunaan.
Demikian sekilas tentang sistem klasifikasi NLMC semoga bermanfaat.
Djokjakarta 2009
October 09, 2007
MENGENAL SISTEM KLASIFIKASI (bagian I)
Oleh: abyb
Klasifikasi mempunyai peranan yang sangat vital bagi sebuah perpustakaan. Klasifikasi berasal dari bahasa latin “classis”, yaitu suatu proses pengelompokan, yang berarti mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang berbeda, sehingga memudahkan dalam mencari dan menemukannya kembali.
Pengelompokan koleksi perpustakaan (klasifikasi) pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Klasifikasi artifisial, yakni cara pengelompokan koleksi berdasarkan ukuran, warna maupun kondisi fisiknya
2. Klasifikasi fundamental, yaitu cara pengelompokan koleksi berdasarkan subjek yang terkandung didalamnya.
Fungsi klasifikasi di perpustakaan adalah:
1. sebagai sarana pengaturan pustaka di rak untuk membantu pemakai mengidentifikasi dan melokalisasi sebuah dokumen berdasarkan nomor panggil serta mengelompokkan semua dokumen sejenis menjadi satu, sehingga memudahkan pemakai dalam mencari dokumen yang diinginkan.
2. Sebagai saran penyusunan entri bibliografis dalam katalog tercetak, bibliografi dan indeks dalam suatu tata susunan yang sistematis.
Ada berbagai macam sistem klasifikasi yang digunakan di perpustakaan, misalnya Universal decimal classification (UDC), Dewey Decimal Classification (DDC), Library of Congress Classification (LCC), National Library of Medicine Classification (NLMC) dll.
Pada artikel ini akan dibahas lebih dulu sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC).
I. Dewey Decimal Classification (DDC)
DDC diciptakan oleh Melvil Louis Kossuth Dewey (1851-1931) pada tahun 1873 dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1876 dalam bentuk sebuah pamflet berjudul “A Classification and subject index for cataloguing and arranging the books and pamphlets of a library” dengan tebal 44 halaman, berisi pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 katagori bernomor 000-999 serta dilengkapi indeks subjek menurut abjad. Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh WT Harris pada tahun 1870
000 – karya umum
100 – Filsafat,
200 – Agama
300 – Ilmu-ilmu sosial
4 00 – Bahasa
500 – Ilmu pengetahuan murni
600 – Ilmu pengetahuan terapan/ teknologi
700 – Seni, olah raga
800 – Kesusastraan
900 – Geografi, sejarah
10 kelas utama tersebut dibagi-bagi lagi menjadi subjek yang lebih kecil (divisi), kemudian dibagi lagi menjadi subdivisi. Pembagian ini masih sangat mungkin untuk terus dikembangkan. (bersambung)
Klasifikasi mempunyai peranan yang sangat vital bagi sebuah perpustakaan. Klasifikasi berasal dari bahasa latin “classis”, yaitu suatu proses pengelompokan, yang berarti mengumpulkan benda/entitas yang sama serta memisahkan benda/entitas yang berbeda, sehingga memudahkan dalam mencari dan menemukannya kembali.
Pengelompokan koleksi perpustakaan (klasifikasi) pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Klasifikasi artifisial, yakni cara pengelompokan koleksi berdasarkan ukuran, warna maupun kondisi fisiknya
2. Klasifikasi fundamental, yaitu cara pengelompokan koleksi berdasarkan subjek yang terkandung didalamnya.
Fungsi klasifikasi di perpustakaan adalah:
1. sebagai sarana pengaturan pustaka di rak untuk membantu pemakai mengidentifikasi dan melokalisasi sebuah dokumen berdasarkan nomor panggil serta mengelompokkan semua dokumen sejenis menjadi satu, sehingga memudahkan pemakai dalam mencari dokumen yang diinginkan.
2. Sebagai saran penyusunan entri bibliografis dalam katalog tercetak, bibliografi dan indeks dalam suatu tata susunan yang sistematis.
Ada berbagai macam sistem klasifikasi yang digunakan di perpustakaan, misalnya Universal decimal classification (UDC), Dewey Decimal Classification (DDC), Library of Congress Classification (LCC), National Library of Medicine Classification (NLMC) dll.
Pada artikel ini akan dibahas lebih dulu sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC).
I. Dewey Decimal Classification (DDC)
DDC diciptakan oleh Melvil Louis Kossuth Dewey (1851-1931) pada tahun 1873 dan diterbitkan pertama kali pada tahun 1876 dalam bentuk sebuah pamflet berjudul “A Classification and subject index for cataloguing and arranging the books and pamphlets of a library” dengan tebal 44 halaman, berisi pendahuluan, bagan untuk 10 kelas utama yang dibagi secara desimal menjadi 1000 katagori bernomor 000-999 serta dilengkapi indeks subjek menurut abjad. Pembagian 10 kelas utama merupakan perbaikan dari sistem klasifikasi yang dikembangkan oleh WT Harris pada tahun 1870
000 – karya umum
100 – Filsafat,
200 – Agama
300 – Ilmu-ilmu sosial
4 00 – Bahasa
500 – Ilmu pengetahuan murni
600 – Ilmu pengetahuan terapan/ teknologi
700 – Seni, olah raga
800 – Kesusastraan
900 – Geografi, sejarah
10 kelas utama tersebut dibagi-bagi lagi menjadi subjek yang lebih kecil (divisi), kemudian dibagi lagi menjadi subdivisi. Pembagian ini masih sangat mungkin untuk terus dikembangkan. (bersambung)
October 08, 2007
Qua Vadis Perpustakaan?
oleh: Abyb
Perubahan senantiasa terjadi di dunia ini. Ia merupakan hukum alam (sunatullah) yang terjadi dalam kehidupan manusia yang merupakan pelaku dari perubahan tersebut. Sebagai pelaku perubahan, manusialah yang menentukan kemana arah perubahan itu akan menuju. Firman Allah dalam Al-Qur’an “…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri.”
Memasuki era globalisasi, industri telekomunikasi dan informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dunia saat ini sudah semakin menyempit, sehingga orang mengumpamakannya sebagai “kampung besar”. Futurolog Alvin Tofler mengatakan bahwa menguasai informasi merupakan syarat mutlak suatu bangsa untuk menjadi pemenang di tengah dunia yang dipenuhi oleh deru persaingan.3 Oleh karena itu mereka yang tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut akan semakin jauh tertinggal, sehingga jalan terbaik adalah dengan mengikuti perkembangan tersebut, “The world is changing and the only way to survive is adapting to this change”.
Perpustakaan merupakan institusi yang perkembangannya berkaitan erat dengan perkembangan informasi. International Federation of Library Asssociations and Institutions (IFLA) mendefinisikan perpustakaan sebagai kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. Dari definisi ini kita sudah bisa membayangkan bahwa gambaran perpustakaan di masa kini berbeda dengan gambaran perpustakaan masa lalu (tradisional), apalagi di masa depan.
Seiring dengan perkembangan peradaban dan kebudayaaan manusia, perpustakaan juga mengalami perkembangan. Pada mulanya konsep perpustakaan masih sangat sederhana, karena hanya berupa kumpulan ukiran dan gambar yang dipahatkan pada dinding, tablet atau papyrus, kemudian mulai dipakainya kulit binatang (parchmen) sebagai bahan tulis dan ditemukannya kertas yang membuat perkembangan buku sebagai media penyimpanan informasi menjadi koleksi utama perpustakaan.
Dengan perkembangan teknologi informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya dalam bentuk buku saja, tetapi juga dalam bentuk kaset audio, compact disc dan file-file digital yang merupakan produk dari teknologi informasi. Meskipun demikian, keberadaan buku masih dipertahankan, karena buku berkaitan erat dengan budaya/ minat baca masyarakat, disamping adanya keasyikan tersendiri bagi banyak orang untuk menikmati buku seperti halnya keberadaan makanan tradisional yang tetap lestari
Saat ini, perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap dunia perpustakaan. Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi (ICT : Information and Communication Technology), Perpustakaan juga terus mengalami perkembangan dari bentuk perpustakaan tradisional yang koleksinya hanya berwujud buku, berkembang menjadi perpustakaan modern yang mulai mengunakan bantuan komputer (sebagai salah satu hal yang penting dalam teknologi informasi) dalam pelayanannya, sehingga kemudian muncul istilah perpustakan digital (Digital library) dimana koleksinya tidak hanya dalam bentuk buku (baca: kertas) tetapi juga dalam bentuk file-file digital.
Dalam perkembangan terkini, muncul istilah perpustakaan maya (virtual library) dimana koleksinya dikemas dalam bentuk digital (e-document) yang dapat diakses melalui internet (International Network) yang merupakan jaringan kerjasama global yang menyatukan jaringan-jaringan komputer lokal yang saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga tanpa harus pergi ke Amerika misalnya, kita dapat dengan bebas mengakses koleksi Perpustakaan Library of Conggres, atau mengakses jurnal ilmiah untuk mencari artikel yang kita inginkan, alangkah menyenangkan bukan?
Melihat arah kecenderungan perkembangan perpustakaan yang seperti itu, maka perpustakaan masa depan haruslah menyediakan berbagai fasilitas dan perangkat teknologi yang lengkap agar tetap dapat survive, disamping didukung oleh SDM perpustakaan (baca: pustakawan) yang berkualitas.
Berkaitan dengan penyediaan SDM perpustakaan tersebut, maka seyogyanya setiap lembaga/institusi pendidikan perpustakaan dan informasi menjadikan kemampuan dalam teknologi informasi menjadi kualifikasi standar dari peserta didiknya. Dengan kata lain teknologi informasi harus menjadi kurikulum utama dalam pendidikan calon-calon pengelola perpustakaan di masa depan, lalu “Sudah siapkah institusi/lembaga pendidikan perpustakaan dan informasi mengantisipasi hal ini?”
Wallahu alam.
Perubahan senantiasa terjadi di dunia ini. Ia merupakan hukum alam (sunatullah) yang terjadi dalam kehidupan manusia yang merupakan pelaku dari perubahan tersebut. Sebagai pelaku perubahan, manusialah yang menentukan kemana arah perubahan itu akan menuju. Firman Allah dalam Al-Qur’an “…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri.”
Memasuki era globalisasi, industri telekomunikasi dan informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dunia saat ini sudah semakin menyempit, sehingga orang mengumpamakannya sebagai “kampung besar”. Futurolog Alvin Tofler mengatakan bahwa menguasai informasi merupakan syarat mutlak suatu bangsa untuk menjadi pemenang di tengah dunia yang dipenuhi oleh deru persaingan.3 Oleh karena itu mereka yang tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut akan semakin jauh tertinggal, sehingga jalan terbaik adalah dengan mengikuti perkembangan tersebut, “The world is changing and the only way to survive is adapting to this change”.
Perpustakaan merupakan institusi yang perkembangannya berkaitan erat dengan perkembangan informasi. International Federation of Library Asssociations and Institutions (IFLA) mendefinisikan perpustakaan sebagai kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. Dari definisi ini kita sudah bisa membayangkan bahwa gambaran perpustakaan di masa kini berbeda dengan gambaran perpustakaan masa lalu (tradisional), apalagi di masa depan.
Seiring dengan perkembangan peradaban dan kebudayaaan manusia, perpustakaan juga mengalami perkembangan. Pada mulanya konsep perpustakaan masih sangat sederhana, karena hanya berupa kumpulan ukiran dan gambar yang dipahatkan pada dinding, tablet atau papyrus, kemudian mulai dipakainya kulit binatang (parchmen) sebagai bahan tulis dan ditemukannya kertas yang membuat perkembangan buku sebagai media penyimpanan informasi menjadi koleksi utama perpustakaan.
Dengan perkembangan teknologi informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya dalam bentuk buku saja, tetapi juga dalam bentuk kaset audio, compact disc dan file-file digital yang merupakan produk dari teknologi informasi. Meskipun demikian, keberadaan buku masih dipertahankan, karena buku berkaitan erat dengan budaya/ minat baca masyarakat, disamping adanya keasyikan tersendiri bagi banyak orang untuk menikmati buku seperti halnya keberadaan makanan tradisional yang tetap lestari
Saat ini, perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap dunia perpustakaan. Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi (ICT : Information and Communication Technology), Perpustakaan juga terus mengalami perkembangan dari bentuk perpustakaan tradisional yang koleksinya hanya berwujud buku, berkembang menjadi perpustakaan modern yang mulai mengunakan bantuan komputer (sebagai salah satu hal yang penting dalam teknologi informasi) dalam pelayanannya, sehingga kemudian muncul istilah perpustakan digital (Digital library) dimana koleksinya tidak hanya dalam bentuk buku (baca: kertas) tetapi juga dalam bentuk file-file digital.
Dalam perkembangan terkini, muncul istilah perpustakaan maya (virtual library) dimana koleksinya dikemas dalam bentuk digital (e-document) yang dapat diakses melalui internet (International Network) yang merupakan jaringan kerjasama global yang menyatukan jaringan-jaringan komputer lokal yang saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga tanpa harus pergi ke Amerika misalnya, kita dapat dengan bebas mengakses koleksi Perpustakaan Library of Conggres, atau mengakses jurnal ilmiah untuk mencari artikel yang kita inginkan, alangkah menyenangkan bukan?
Melihat arah kecenderungan perkembangan perpustakaan yang seperti itu, maka perpustakaan masa depan haruslah menyediakan berbagai fasilitas dan perangkat teknologi yang lengkap agar tetap dapat survive, disamping didukung oleh SDM perpustakaan (baca: pustakawan) yang berkualitas.
Berkaitan dengan penyediaan SDM perpustakaan tersebut, maka seyogyanya setiap lembaga/institusi pendidikan perpustakaan dan informasi menjadikan kemampuan dalam teknologi informasi menjadi kualifikasi standar dari peserta didiknya. Dengan kata lain teknologi informasi harus menjadi kurikulum utama dalam pendidikan calon-calon pengelola perpustakaan di masa depan, lalu “Sudah siapkah institusi/lembaga pendidikan perpustakaan dan informasi mengantisipasi hal ini?”
Wallahu alam.
Subscribe to:
Posts (Atom)