Searching

October 08, 2007

Qua Vadis Perpustakaan?

oleh: Abyb

P
erubahan senantiasa terjadi di dunia ini. Ia merupakan hukum alam (sunatullah) yang terjadi dalam kehidupan manusia yang merupakan pelaku dari perubahan tersebut. Sebagai pelaku perubahan, manusialah yang menentukan kemana arah perubahan itu akan menuju. Firman Allah dalam Al-Qur’an “…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri.”

Memasuki era globalisasi, industri telekomunikasi dan informasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dunia saat ini sudah semakin menyempit, sehingga orang mengumpamakannya sebagai “kampung besar”. Futurolog Alvin Tofler mengatakan bahwa menguasai informasi merupakan syarat mutlak suatu bangsa untuk menjadi pemenang di tengah dunia yang dipenuhi oleh deru persaingan.3 Oleh karena itu mereka yang tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut akan semakin jauh tertinggal, sehingga jalan terbaik adalah dengan mengikuti perkembangan tersebut, “The world is changing and the only way to survive is adapting to this change”.

Perpustakaan merupakan institusi yang perkembangannya berkaitan erat dengan perkembangan informasi. International Federation of Library Asssociations and Institutions (IFLA) mendefinisikan perpustakaan sebagai kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. Dari definisi ini kita sudah bisa membayangkan bahwa gambaran perpustakaan di masa kini berbeda dengan gambaran perpustakaan masa lalu (tradisional), apalagi di masa depan.

Seiring dengan perkembangan peradaban dan kebudayaaan manusia, perpustakaan juga mengalami perkembangan. Pada mulanya konsep perpustakaan masih sangat sederhana, karena hanya berupa kumpulan ukiran dan gambar yang dipahatkan pada dinding, tablet atau papyrus, kemudian mulai dipakainya kulit binatang (parchmen) sebagai bahan tulis dan ditemukannya kertas yang membuat perkembangan buku sebagai media penyimpanan informasi menjadi koleksi utama perpustakaan.
Dengan perkembangan teknologi informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya dalam bentuk buku saja, tetapi juga dalam bentuk kaset audio, compact disc dan file-file digital yang merupakan produk dari teknologi informasi. Meskipun demikian, keberadaan buku masih dipertahankan, karena buku berkaitan erat dengan budaya/ minat baca masyarakat, disamping adanya keasyikan tersendiri bagi banyak orang untuk menikmati buku seperti halnya keberadaan makanan tradisional yang tetap lestari

Saat ini, perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak yang sangat luas terhadap dunia perpustakaan. Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi (ICT : Information and Communication Technology), Perpustakaan juga terus mengalami perkembangan dari bentuk perpustakaan tradisional yang koleksinya hanya berwujud buku, berkembang menjadi perpustakaan modern yang mulai mengunakan bantuan komputer (sebagai salah satu hal yang penting dalam teknologi informasi) dalam pelayanannya, sehingga kemudian muncul istilah perpustakan digital (Digital library) dimana koleksinya tidak hanya dalam bentuk buku (baca: kertas) tetapi juga dalam bentuk file-file digital.
Dalam perkembangan terkini, muncul istilah perpustakaan maya (virtual library) dimana koleksinya dikemas dalam bentuk digital (e-document) yang dapat diakses melalui internet (International Network) yang merupakan jaringan kerjasama global yang menyatukan jaringan-jaringan komputer lokal yang saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga tanpa harus pergi ke Amerika misalnya, kita dapat dengan bebas mengakses koleksi Perpustakaan Library of Conggres, atau mengakses jurnal ilmiah untuk mencari artikel yang kita inginkan, alangkah menyenangkan bukan?

Melihat arah kecenderungan perkembangan perpustakaan yang seperti itu, maka perpustakaan masa depan haruslah menyediakan berbagai fasilitas dan perangkat teknologi yang lengkap agar tetap dapat survive, disamping didukung oleh SDM perpustakaan (baca: pustakawan) yang berkualitas.

Berkaitan dengan penyediaan SDM perpustakaan tersebut, maka seyogyanya setiap lembaga/institusi pendidikan perpustakaan dan informasi menjadikan kemampuan dalam teknologi informasi menjadi kualifikasi standar dari peserta didiknya. Dengan kata lain teknologi informasi harus menjadi kurikulum utama dalam pendidikan calon-calon pengelola perpustakaan di masa depan, lalu “Sudah siapkah institusi/lembaga pendidikan perpustakaan dan informasi mengantisipasi hal ini?”
Wallahu alam.

No comments: